Dahulu negeri ini dijajah dan
diperbudak oleh bangsa lain. Kekayaan negeri ini mereka ambil dengan menyisakan
kemiskinan dan kebodohan. Syukur Alhamdulilaah dengan semangat nasionalisme para pendahulu kita, mereka
bersatu padu untuk mengusir penjajah dari negeri tercinta ini. Berkat Rahmat
Tuhan Yang Maha Esa akhirnya negeri ini bisa merdeka, lepas dari belenggu para
penjajah.
Enam puluh delapan tahun negeri
ini telah merdeka namun ternyata penjajah ini belumlah semuanya pergi. Musuh bangsa
ini kini bukan berasal dari negeri yang jauh tapi ternyata berasal dari dalam
negeri ini sendiri. Musuh dalam selimut yang jauh lebih berbahaya yang harus
kita hadapi bersama. Musuh yang mengambil hak-hak orang kecil di negeri ini.
Musuh yang hanya bisa membangun gedung-gedung tinggi tanpa memikirkan alam
sekitar. Musuh yang semena-mena
membabat hutan kita tanpa peduli akan kerusakannya. Sudahkah kita mengenali
musuh dalam selimut negeri ini ? Ataukah kita sendiri yang memang selama ini
berperan menjadi mereka ?
Mahakarya Indonesia
Di beberapa gerai Supermarket di
Amerika Serikat kita bisa menemukan jajaran produk-produk makanan yang sehat
yang berasal dari negeri ini. Bukan hanya di supermarket tapi di online store
yang menjual produk-produk makanan sehat pun produk yang satu ini bisa kita
temui. Produk ini sangat diminati
oleh mereka yang ingin tetap sehat namun tetap ingin lebih bersahabat dengan
alam. Volcano **** adalah salah satu Mahakarya Indonesia yang mendunia.
Produk pangan organic yang satu ini
namanya semakin harum seharum wanginya.
Jenis pangan organik yang satu
ini ternyata berasal dari hamparan sawah yang ada di negeri ini. Tasikmalaya adalah salah satu kabupaten
kota di Jawa Barat yang mampu menembus pasar dunia dengan produk pangan
organiknya. Beras organic yang dihasilkannya bisa bersaing dengan produk pangan
sejenis dari negara lain.
Dahulu kita mungkin masih ingat
salah satu acara di televisi yang bernama Dari Desa Ke Desa. Bung Sambas dengan suaranya yang khas
mampu membawakan acaranya dengan baik dan menarik. Penyuluhan pertanian dan
keberhasilan para petani dikemas dalam satu acara yang mampu memberikan
pencerahan bagi para petani yang lain dan juga kita semua.
Dahulu Program Intensifikasi dan
Diversifikasi Pertanian yang di jalankan di negeri ini mampu membuat kita
berswasembada pangan. Program Mina Padi yang dijalankan para petani misalnya
membuat beras kita pun melimpah dan petani pun semakin sejahtera dengan
penghasilan tambahan dari menjual benih ikan yang di pelihara di sawahnya.
Namun kini nasib petani semakin tak menentu. Kelangkaan pupuk dan permainan
para tengkulak semakin memperburuk semangat para petani kita.
Di negeri ini berbicara tentang
sawah dan petani tentu tak lepas dari perbincangan masalah pupuk bersubsidi.
Subsidi pupuk adalah subsidi ketiga terbesar yang diberikan pemerintah setelah
subsidi minyak dan listrik. Program subsidi pupuk yang diberikan pemerintah
sebesar 13,9 triliun untuk para
petani seakan tak mampu untuk menarik hati mereka agar tetap bercocok tanam
padi khususnya. Impor beras pun
tak terhindarkan dan hanya segelintir orang yang bisa menikmati keuntungan
darinya, sementara para petani kita semakin terjepit nasibnya. Keadaan ini
diperparah oleh para oknum yang banyak mengail di air keruh.
Negeri ini orang bilang adalah
Zamrud Khatulistiwa, negeri yang subur makmur loh jinawi. Kalau kata Koes Plus sih tongkat kayu dan batu bisa menjadi
tanaman. Apapun bisa tumbuh di negeri ini, ingat..! asal jangan benih korupsi saja yang kita tanam dinegeri ini.
Keanekaragaman hayatinya sudah menjadi bagian dari kekayaan hayati dan juga
paru-paru dunia .
Jadilah Greenerations
Kini negeri ini sedang menangis,
akibat polusi industri dan gas buang kendaraan bermotor membuat pencemaran
udara terjadi dimana-mana. Penebangan hutan akibat illegal logging menjadikan
kawasan hutan kita semakin sempit. Sementara penurunan permukaan tanah terjadi
akibat pembangunan gedung-gedung dan penggunaan air tanah yang berlebihan.
Akankah kelak anak cucu kita
nanti masih bisa melihat pantai yang bersih dan indah membiru ? akankah mereka
melihat bukit dan gunung yang hijau ? Akankah mereka melihat sungai-sungai yang
jernih airnya yang mengairi sawah-sawah hijau mereka ? Dan akankah mereka
mendengar merdunya kicauan burung di pagi hari ketika mentari menghangatkan
negeri ini ?
Akankah kita bisa melihat lagi
hamparan-hamparan permadani hijau sawah kita yang baru ? Ataukah hamparan hijau
yang kini ada pun akan perlahan hilang ditelan modernisasi ? Mari kita jaga
kelestarian hutan kita, agar ketersediaan air untuk para petani kita bisa
terjaga pula. Mari kita dorong pemerintah untuk bisa menjamin dan mengendalikan
harga gabah di tingkat petani agar lebih stabil dan terkendali,
Sekaranglah saatnya untuk kita
lebih peduli terhadap alam disekitar kita dan lebih bersinergi dengannya. Negeri ini bukanlah warisan dari
nenek moyang kita, tapi merupakan titipan anak cucu kita. Titipan yang harus
selalu kita jaga dengan jiwa dan raga sampai akhir hayat kita. Janganlah kita
menyia-nyiakan hidup kita dengan tidak menjaga amanah anak cucu kita tersebut
Mari mulai saat ini kita bersatu
padu, dengan semangat baru kita bergandeng tangan bersama menyelamatkan negeri
ini dari kehancuran. Jadilah bagian dari Greenerations, Generasi yang semakin
peduli agar negeri ini semakin hijau. Sekecil apapun tindakan kita untuk lebih
bersahabat dengan alam akan sangat berarti bagi generasi yang akan datang. Lakukan
apapun yang kita bisa untuk menjadikan negeri ini kembali menjadi hijau dan
indah agar merdunya alunan suara desiran angin, kicau burung dan gemericik air
kembali memanjakan telinga kita.
Sumber Foto :
1. Simkuring's Collections ( 1,2 & & 4 )
2. www.djisamsoe.com - Adi Wiratmo
Baca Selengkapnya..